
Candi Sukuh

Terletak di barat laut kaki Gunung Lawu, sebuah candi peninggalan masa kerajaan Majapahit berdiri. Ditemukan pada tahun 1815 oleh Johnson, Residen Surakarta pada masa pemerintahan Gubernur Raffles, tepatnya di desa Sukuh, kelurahan Berjo, Ngargoyoso, Karanganyar, Jawa Tengah.
Komplek lokasi Candi Sukuh secara keseluruhan merupakan bangunan berteras yang membujur dari arah timur ke barat, dengan pintu berada di sebelah barat. Apabila dilihat dengan teliti, susunan candi ini terdiri dari tiga teras, dengan teras pertama adalah teras yang paling rendah, diikuti teras kedua dan ketiga yang letaknya makin tinggi dan masing-masing teras dihubungkan oleh anak tangga dan gapura yang berfungsi sebagai pintu masuk teras.
Sebelum memasuki teras pertama, terlebih dahulu harus mendaki tangga masuk yang berbentuk gapura. Gapura pertama merupakan gapura terbesar yang mempunyai bentuk arsitektur khas, dimana dinding disusun tidak tegak lurus (vertikal), tetapi miring, sehingga sepintas mengingatkan pada bentuk trapesium dengan atap di atasnya. Pada gapura pertama ini kita bisa menjumpai relief-relief yang membentuk rangkaian gambar yang mengandung cerita. Masih pada halaman teras pertama, dapat pula dijumpai beberapa batu fragmen candi. Terletak di halaman candi namun jelas terlihat kalau susunannyasudah tidak pada bentuk aslinya lagi.
Memasuki Teras ke dua, juga dapat dijumpai gapura yang sudah dalam keadaan rusak dan tak beratap lagi, ukurannya lebih kecil dari gapura pertama. Pada teras ini terdapat beberapa peninggalan yang berupa sepasang arca penjaga pintu yang terletak di depan gerbang ke tiga, penggambaran arca ini terlihat kaku dan kasar, sehingga memberi kesan pada arca yang berasal dari jamanpra sejarah. Juga terdapat semacam dinding bangunan dengan pahatan relief. Diantaranya relief yang menggambarkan seorang wanita berdiri menghadapi ububan (peniup api pada pandai besi), ada pula relief yang menggambarkan seorang pandai besi.
Teras ke tiga adalah teras yang terletak paling belakang dan paling atas, dan dianggap teras yang paling suci. Pada halaman ini terdapat beberapa bangunan, termasuk bangunan induk, patung-patung, batu-batu candi serta relief yang berbentuk binatang dan relief cerita Cudhamala, merupakan sebutan bagi salah satu tokoh Pandawa, Sahadewa. Menggambarkan adegan pada waktu Dewi Kunti minta pada Sahadewa (Sadewa) agar mau meruwat Dewi Durga yang terkena kutukan Dewa Syiwa.
Bangunan induk candi ini berbentuk seperti piramid terpancung. Sesuai dengan arah candinya, bangunan ini mempunyai tangga masuk di sebelah barat. Tangga masuk sangat tinggi, mempunyai sayap tangga dan di atasnya terdapat atap pintu. Pada keempat atap pintunya terdapat hiasan ular (kepala ular) dengan tubuh ular yang saling melilit yang menjadi batas pinggir ketiga sisi atap pintu. Hiasan ular ini di bagian tangahnya berlubang, diperkirakan sebagai saluran air yang dipergunakan untuk mengalirkan air suci pada waktu upacara keagamaan. Meski bangunan ini dianggap paling penting dan suci, akan tetapi tidak banyak peninggalan yang terdapat di dalam piramid ini. Bangunan ini tingginya kurang lebih enam meter, dan diatasnya merupakan dataran yang sekarang sudah kosong, kecuali batu berlubang persegi yang bentuknya sepaerti yoni, terdapat di tengah-tengah dataran itu.
Tertarik untuk berkunjung ke sana? Tentu Anda tahu kota Solo, dari kota ini bisa menggunakan angkutan elp atau bis menuju terminal Karanganyar. Dari sini bisa menggunakan colt yang beroperasi sampai jam lima sore, dan langsung bisa mengantar ke lokasi Candi Sukuh. Lewat dari jam tersebut, ojek bisa menjadi pilihan selanjutnya untuk langsung mengantar ke tempat tujuan.
0 komentar:
Posting Komentar