Kraton Kasunanan Surakarta
Titik akses utama menuju Keraton Surakarta dari arah utara sesungguhnya adalah Tugu Pamandengan. Tugu ini terletak sekitar 300 meter ke arah utara dari gerbang utama keraton yang disebut Gapura Gladag, tepat di depan Balaikota Surakarta saat ini.
Tugu Pamandengan berfungsi sebagai titik fokus pandangan Sri Susuhunan Pakubuwono ketika beliau duduk sinewoko di tempat yang ditinggikan di Bangsal Pagelaran. Memfokuskan pandangan pada Tugu Pamandengan terutama bagian puncaknya, dipercaya sebagai salah satu sarana meditasi yang sangat kuat bagi Sri Susuhunan Pakubuwono.
Lurus ke arah selatan dari Tugu Pamandengan terdapat satu gapura besar yang berfungsi sebagai pintu gerbang pertama memasuki kawasan keraton dari arah utara, gerbang ini dinamakan Gapura Gladhag. Gapura ini dibangun pada tahun 1913 M dan diperbaiki pada tahun 1930 M. Gapura Gladhag dihiasi dengan 48 motif dan 48 garis yang membentuk pagar, sebagai tanda peringatan ulang tahun Sri Susuhunan Pakubuwono X.
Di depan gapura, di sebelah kiri dan kanannya, berdiri dua buah arca kembar besar. Arca yang berwujud raksasa ini dinamakan Arca Pandhito Yakso, yang dibuat di Pandansimping Klaten.Pada jaman dahulu tempat di belakang Gapura Gladhag dipergunakan sebagai tempat mengekang binatang-binatang hasil perburuan sebelum disembelih. Makna simbolis yang ada di area Gladhag adalah manusia yang ingin mendapatkan kekuatan fisik dan spiritual harus mampu menahan dan mengekang hawa nafsu.
Sebelum memasuki alun-alun utara kita melewati lagi gapura yang kedua dan ketiga, yang dinamakan Gapura Pamurakan, tempat ini dihiasi dengan motif dekorasi api dan matahari. Di tempat ini dulu dilakukan pemotongan hewan hasil perburuan seperti babi hutan, menjangan dan lain-lain untuk dibagikan pada rakyat. Tempat penyembelihan yang disebut Centheng dan berusia lebih dari 500 tahun, masih dapat ditemui sampai sekarang. Makna simbolis dari area ini adalah manusia harus mampu menahan/ membunuh emosi dan amarah.Di sebelah selatan Gapura Pamurakan ditanam pohon beringin. Yang di sebelah kiri diberi nama Weringin Wok, yang artinya perempuan, sedangkan yang di sebelah kanan diberi nama Weringin Djenggot yang artinya laki-laki. Kedua pohon beringin ini pada jaman dahulu dipergunakan sebagai tempat istirahat prajurit Bang Wetan dan Bang Kulon.
Tugu Pamandengan berfungsi sebagai titik fokus pandangan Sri Susuhunan Pakubuwono ketika beliau duduk sinewoko di tempat yang ditinggikan di Bangsal Pagelaran. Memfokuskan pandangan pada Tugu Pamandengan terutama bagian puncaknya, dipercaya sebagai salah satu sarana meditasi yang sangat kuat bagi Sri Susuhunan Pakubuwono.
Lurus ke arah selatan dari Tugu Pamandengan terdapat satu gapura besar yang berfungsi sebagai pintu gerbang pertama memasuki kawasan keraton dari arah utara, gerbang ini dinamakan Gapura Gladhag. Gapura ini dibangun pada tahun 1913 M dan diperbaiki pada tahun 1930 M. Gapura Gladhag dihiasi dengan 48 motif dan 48 garis yang membentuk pagar, sebagai tanda peringatan ulang tahun Sri Susuhunan Pakubuwono X.
Di depan gapura, di sebelah kiri dan kanannya, berdiri dua buah arca kembar besar. Arca yang berwujud raksasa ini dinamakan Arca Pandhito Yakso, yang dibuat di Pandansimping Klaten.Pada jaman dahulu tempat di belakang Gapura Gladhag dipergunakan sebagai tempat mengekang binatang-binatang hasil perburuan sebelum disembelih. Makna simbolis yang ada di area Gladhag adalah manusia yang ingin mendapatkan kekuatan fisik dan spiritual harus mampu menahan dan mengekang hawa nafsu.
Sebelum memasuki alun-alun utara kita melewati lagi gapura yang kedua dan ketiga, yang dinamakan Gapura Pamurakan, tempat ini dihiasi dengan motif dekorasi api dan matahari. Di tempat ini dulu dilakukan pemotongan hewan hasil perburuan seperti babi hutan, menjangan dan lain-lain untuk dibagikan pada rakyat. Tempat penyembelihan yang disebut Centheng dan berusia lebih dari 500 tahun, masih dapat ditemui sampai sekarang. Makna simbolis dari area ini adalah manusia harus mampu menahan/ membunuh emosi dan amarah.Di sebelah selatan Gapura Pamurakan ditanam pohon beringin. Yang di sebelah kiri diberi nama Weringin Wok, yang artinya perempuan, sedangkan yang di sebelah kanan diberi nama Weringin Djenggot yang artinya laki-laki. Kedua pohon beringin ini pada jaman dahulu dipergunakan sebagai tempat istirahat prajurit Bang Wetan dan Bang Kulon.
0 komentar:
Posting Komentar