sangiran
Di Sangiran terdapat Museum Pleistocene yang menyimpan tulang-tulang Pithecanthropus Erectus, fosil tumbuhan maupun fosil binatang. Sangiran juga adalah tempat yang penting untuk mempelajari teori evolusi manusia, fosil manusia purba yang ditemukan di Sangiran, dianggap sebagai salah satu mata rantai dalam teori evolusi manusia.
Bagi ilmuwan yang bergerak dibidang Geologi, anthropologi dan arkeologi Sangiran sangat menarik untuk wisata ilmu pengetahuan. Banyak ahli Geologi, anthropologi dan arkeologi datang ke situs ini untuk melakukan riset dan belajar, diantaranya: Van Es (1939), Duyfyes (1936), Van Bemmelen (1937), Van Koeningswald (1938), Sartono (1960), Suradi (1962) dan Otto Sudarmaji (1976). Van Koeningswald menemukan paling tidak ada lima fosil manusia purba yang berbeda –beda jenisnya yang ditemukan di Sangiran, dan ini sangat mengagumkan.
Tidak ada tempat lain di dunia ini yang kekayaan fosilnya menyamai apalagi melebihi Sangiran. Fosil-fosil yang ditemukan di Sangiran sangat beragam, ada fosil mahluk hidup dari daratan, maupun fosil mahluk hidup dari lautan. Dari hasil temuan ini, ada kemungkinan bahwa pulau Jawa terangkat dari dasar laut jutaan tahun yang lalu.
Pada tahun 1891, Eugene Dubois, ahli antropologi dari Perancis menemukan fosil Pithecanthropus Erectus, manusia purba tertua dari Jawa. Kemudian di tahun 1930 dan 1931, di desa Ngandong, Trinil-Mojokerto, ditemukan juga fosil-fosil manusia purba yang berasal dari jaman Pleistocene. Penemuan-penemuan ini mengungkap sejarah manusia yang hidup berabad-abad yang lalu.
Prof. Dr. Van Koenigswald di tahun 1936 menemukan lebih banyak lagi bukti-bukti yang mendukung teori evolusi manusia. Fosil-fosil yang ditemukannya mendukung teori yang menyatakan bahwa manusia berevolusi dari manusia kera menjadi manusia seperti bentuk saat ini.
Fosil lain yang ditemukan di Sangiran, seperti fosil mammoth (gajah dari jaman pra sejarah) saat ini disimpan di Museum Geologi Bandung. Pada pertengahan tahun 1980 an, penemuan mammoth utuh setinggi 4 meter mengejutkan dunia ilmu pengetahuan.
Saat ini, penduduk desa disekitar Sangiran banyak yang menjadi pengrajin souvenir dari batu yang dibentuk menyerupai kapak, telur, cincin dan bentuk-bentuk patung lain untuk menarik wisatawan.
Karena kekayaan jenis fosil yang dikandungnya, bumi Sangiran telah ditetapkan UNESCO sebagai salah satu warisan budaya dunia.
0 komentar:
Posting Komentar